ATAPKOTA.COM, ACEH TIMUR – Di tengah arus politik yang sering keras dan pragmatis, T. Zainal Abidin, S.Pd.I., M.H., tampil sebagai sosok berbeda. Wakil Bupati Aceh Timur ini menjadi perbincangan bukan karena kekuasaan, melainkan karena kesantunan, ketulusan, dan penghormatannya kepada ulama serta rakyat kecil.
Bagi masyarakat Aceh Timur, Zainal bukan sekadar pejabat. Ia teladan hidup yang menghadirkan kehangatan dan rasa hormat di setiap langkahnya. Tutur katanya lembut, sikapnya rendah hati, dan setiap kali bersalaman, ia menundukkan kepala dalam. Sikap itu menunjukkan bahwa adab tetap lebih tinggi dari jabatan.
Dalam berbagai acara pemerintahan dan keagamaan, Zainal selalu tampil sederhana. Ia berjalan di tengah rakyat tanpa pengawalan berlebihan. Warga sering terharu saat melihatnya menyapa satu per satu tanpa memandang status sosial. “Yang membuat manusia mulia bukan jabatan, melainkan adab dan sopan santun,” ucapnya suatu kali kepada masyarakat.
Kedekatannya dengan para ulama dayah, teungku gampong, dan tokoh masyarakat menjadi ciri khas kepemimpinannya. Saat duduk bersama mereka, Zainal lebih banyak mendengar daripada berbicara. Ia menyimak nasihat ulama dengan penuh hormat dan menjadikannya pedoman dalam memimpin.
Sikap itu lahir dari latar belakang keluarga pejuang. Zainal merupakan putra mantan kombatan GAM asal Kecamatan Madat, Aceh Timur. Dari ayahnya ia belajar ketegasan dan nasionalisme, sementara dari ibunya ia mewarisi kesabaran dan kasih tanpa batas. Masa kecilnya di desa menempa jiwa sederhana dan pekerja keras.
Kini, meski menjabat sebagai wakil bupati, ia tetap pulang ke kampung halamannya, berjalan kaki menyusuri lorong-lorong, menyapa warga, dan berziarah ke makam orang tua. Warga menilai, jabatan tak pernah mengubah dirinya.
Zainal juga dikenal mengingatkan pejabat agar menjaga adab dalam tugas. “Ilmu tinggi dan pangkat besar tidak berarti tanpa sopan santun,” tuturnya dalam sebuah acara. Prinsip itu ia jalankan sendiri—tanpa jarak dengan rakyat, tanpa pencitraan.
Masyarakat Aceh Timur melihat dalam dirinya sosok pemimpin beradab yang menyalakan cahaya moral di tengah gelapnya pragmatisme kekuasaan. (HAS/red)



































